Sejarah Marga Silahisabungan
Lokasi - Desa Silalahi III Kec. Silahisabungan |
Untuk
mengetahui perjalan hidup dari Kain Tenun Ulos Silalahi, tidak terlepas dari
latar belakang budaya yang ada. Pengenalan akan sejarah daerah Silahisabungan
menjadi benang merah keunikan dari Kain Tenun Ulos Silalahi didalam masyarakat.
Dalam menilik sejarah dari daerah Silahisabungan tidak telepas dari peradaban
Masyarakat Batak. Kata Silalahi mulanya berawal dari kata ”Lahi” yang artinya
Lelaki atau Putra. Konon Raja Silahisabungan mempunyai banyak Putra yang tangguh dan perkasa. Silalahi adalah salah
satu marga batak, marga Silalahi tentu berasal dari nama tanah kelahiran yaitu
Silalahi Nabolak (Disebut Silalahi Nabolak karena berada pada hambaparan kaki
gunung yang indah. Nabolak dalam Bahasa batak berarti yang besar. Pengertian
Silalahi Nabolak merujuk pada luasnya daerah Kecamatan Silahisabungan).
Silalahi Nabolak merupakan bius milik kelompok keturunan Raja Silahisabungan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Raja Turpuk (pimpinan Marga Silalahi) Marga Silalahi, G Ruma Sondi (51), Raja Silahisabungan membuka perkampungan di Silalahi Nabolak dipicu karena adanya perselisihan antara dirinya dengan saudara laki- lakinya, Raja Sibagot ni Pohan di daerah Balige. Raja Silahisabungan akhirnya pergi meninggal daerah Balige untuk membuka sendiri perkampungan. Perjalanan Raja Silahisabungan dalam menemukan perkampungan Silalahi Nabolak tidaklah mudah. Sebab ia harus menghadapi beragam tantangan dari alam seperti bertemu dengan binang buas dan hutan lebat penuh tantangan, namun kerena ia memiliki kemampuan magis lewat pertapahan Raja Silahisabungan mampu menaklukkannya.
Baca Juga :
- Sejarah Penggunaan Tenun Ulos Masyarakat Batak
- Ulos Batak - Ulos Silahisabungan - Ulos Gobar
- Ulos Batak - Ulos Polang - Polang
Silahisabungan
menyusuri perjalanan dari Balige hingga menemukan hamparan tanah datar yang
luas dengan pemandangan danau toba dari atas Bukit Simandar. Kemudian ia turun
melalui Lereng Laksabungan. Karena jarak yang sudah jauh dari Balige, maka Raja
Silahisabungan berkenan tinggal di daerah tersebut. Daerah ini dikenal dengan
sebutan Silalahi Nabolak. Mulailah Silahisabungan membangun hidup di daerah
yang baru nun jauh dari saudara-saudaranya yang ada di daerah Balige.
Namun,
Raja Pak-Pak melihat tanda-tanda kehidupan didaerah yang masih dalam
pengawasannya. Sebab Silalahi Nabolak masilah dalam ranah tanah Dairi yang
menjadi daerah kekuasaannya. Kemudian Raja Pak-Pak mendatangi Silahisabungan
untuk melihat maksud kedatangan Silahisabungan di daerahnya. Dengan
kebijaksanaan yang dimiliki Raja Silahisabungan, ia menjawab seluruh pertanyaan
yang di ajukan oleh Raja Pak-Pak. Raja Pak-Pak melihat bahwa Silahisabungan
bukanlah orang sembarangan. Sebab ia melihat dirinya luhur dan bijaksana
pikirannya. Akhirnya, Raja Pak-Pak menikahkan Silahisabungan dengan Putri
bungsunya yang bernama Pinggan Matio Boru Batang Nari.
Pernikahan
Raja Silahisabungan dengan Putri Pinggan Matio Boru Batang Nari melahirkan 7 (Tujuh) anak laki-laki dan 1 (Satu) anak perempuan. Mereka ialah Lau Raja, Tungkir Raja, Boru
Deang Nambora, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja dan Batu Raja. Setiap
anak Raja Silahisabungan memiliki beragam kemampuan yang didapati dari ayahnya,
seperti kesaktian dan bijkasana pikirannya. Pun Boru Deang Namora memiliki
kemampuan bertenun dari ibunya yang sudah terlebih mengetahui di tanah
kelahirannya.
Baca Juga :
Diperjalanan
hidupnya, Raja Silahisabuang kemudian menikah dengan istri keduanya yang
bernama Siboru Nailing Nairasahon dari Sibisa. Ia mendapatkan seorang putera
yang bernama Tambun Raja. Sehingga Raja Silahisabungan memiliki 8 (Delapan)
anak laki-laki. Dari kedelapan anak-anak Raja Silahisabungan diatas, tujuh
diantaranya berkembang di tanah yang dinamakan Silalahi Nabolak, sedangkan satu
lainnya, yaitu Tambun Raja atau dikenal Tambunan, memilih kembali menemui
ibunya dan menetap / tinggal disana, di negeri Sibisa Toba (Porsea). Di Sibisa,
Tambun Raja lebih familiar disebut Raja Tambun. Ia menikah dengan putri
pamannya sendiri (klan Manurung) dan memiliki keturunan Marga Tambun. Salah
satu keturunan marga Tambun (Tambun Koling) di Toba Balige kemudian menurunkan
marga Tambunan bagi keturunannya.
Di Silalahi Nabolak, dikenallah istilah 1-2-8-1. Angka ini berarti satu ayah, dua ibu, delapan anak laki-laki dan seorang putri. Ayah ialah Raja Silahisabunga. Ibu ialah Inggan Matio Boru Batang Nari dan Siboru Nailing Nairasahon. Anak ialah Lau Raja, Tungkir Raja, Boru Deang Nambora, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan Tambun Raja. Sedangkan boru ialah Si boru Deang Namora. Berawal dari perselisilah antar saudara yang memicu sakit hati dan tidak ingin ada pertumpahan darah menyebabkan wilayah daerah Silalahi Nabolak terbentuk. Raja Silahisabungan tidak ingin memiliki identitas yang sama dengan saudaranya yang di Balige. Dari segi musik, gondang pesta, dialek berbicara, hingga tenunan ulosnya sekalipun. Gondang Sabangunan khas Silahisabungan, dialeg Bahasa yang bercampur saat berbicara (Batak Toba, Pak-Pak Dairi, Karo dan Simalungun), hingga Ulos Gobar Silalahi yang menjadi andalah Silahisabungan. Setiap wujud kebudayaan berupa artefak yang dapat dilihat langsung yang berada di Silalahi Nabolak memang memiliki perbedaan dengan Suku Batak Toba yang ada di Balige.
*Tulisan Ini Masih jauh dari sempurna,
Sumber : Tim Silalahi Projects & Kerjasama dengan Mahasiswa USU N. Simbolon